Powered By Blogger

Jumat, 25 Desember 2009

Ridhonya Alloh ada Dalam Ridhonya Orangtua

Ridho Allah ada Dalam Ridhonya Orangtua
(Kajian Hadis dari Aspek Kesahihan Sanad dan Matan serta Statusnya)
Oleh: Muhammad Yusri


1. PENDAHULUAN

Dalam struktur hierarki sumber hukum Islam, hadis bagi umat Islam menempati urutan ke dua setelah al-Qur`an, karena fungsinya sebagai penjelas bagi ungkapan-ungkapan al-Qur`an yang mujmal, muthlaq, ‘am dan sebagainya (Abbas, 2004 : 1 )
Tujuan utama kajian atau penelitian hadis, baik dari segi sanad (jalur) maupun dari segi matan (teks), adalah untuk mengetahui kualitas hadis yang dianalisis, apakah sahih atau dhaif, diterima atau ditolak. Kualitas hadis sangat perlu diketahui dan dilakukan demi memelihara kesucian ajaran Islam terutama yang berkaitan dengan prinsip-prinsip akidah, ibadah dan muamalahnya. Hadis yang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat tidak dapat dipertahankan dan dipertanggungjawabkan untuk dijadikan sebagai salah satu sumber ajaran Islam.
Ulama hadis terdahulu sesungguhnya telah melakukan berbagai usaha penelitian terhadap hadis-hadis yang diragukan kesahihannya dan yang dianggap perlu oleh mereka. Mereka menghimpun hadis-hadis, menyusun dan menetapkan mana yang sahih dan mana yang dhaif. Para ulama juga telah menguraikan nama-nama periwayat hadis secara terperinci baik yang siqah (terpercaya) ataupun yang lemah. Semua kerja yang telah dilakukan mereka itu bukanlah suatu yang mudah. Walaupun demikian, masih ada suara-suara yang mengajak supaya diteliti ulang terhadap hadis-hadis yang telah pernah dinilai oleh ulama-ulama terdahulu. Tentunya berdasarkan pada niat dan motivasi yang positif dan tujuan yang bersih dari prasangka terhadap hasil penelitian mereka. Namun tidak dinafikan ada juga di antara suara tersebut yang mempunyai niat sebaliknya. Keberadaan hadis sebagai sumber hukum islam sangat unik dan urgen tidak seperti al-Qur`an yang Qoht`i, hadis dengan berbagai dimensi selalu menjadi fokus kajian yang problematik dan menarik bagi pendukung maupun penentangnya ( Mustaqim, 2002 : 55-56 ). Bagaimanapun, untuk masa kini penelitian ulang perlu lebih serius lagi, bukan terhadap hadis-hadis yang telah tersusun rapi dalam kitab-kitab musnad tetapi yang banyak tersebar di tengah-tengah masyarakat awam baik melalui bibir-bibir mubaligh yang kurang teliti atau melalui penulisan-penulisan dalam masalah agama. Mereka sering membawa hadis-hadis populer dan mempopulerkan tanpa terlebih dahulu mengkaji ulang kesahihan hadis tersebut yang ternyata setelah diteliti bukan hadis shahih atau bermasalah. Di sinilah peranan Ilmu Takhrij Hadis (Ilmu Kajian Hadis) dirasakan begitu penting.
Ulama hadis telah menyimpulkan beberapa metode mencari hadis antara lain menurut Abu Muhammad terdiri dari 5 cara yaitu:
a. dengan menggunakan lafaz pertama hadis.
b. dengan menggunakan salah-satu lafaz yang terdapat dalam hadis.
c. dengan menggunakan periwayat terakhir (sahabat).
d. dengan menggunakan tema (topik) hadis.
e. dengan melihat jenis hadis.( Abu Muhammad Abd al-Muhdi, tt : 24 )
Demikianlah metode-metode hadis yang dapat digunakan untuk mencari atau mentakhrijkan hadis. Penulis dalam makalah ini akan mentakhrij hadis tentang ridho Allah sama halnya ridho orang tuanya. Namun status hadisnya masih perlu dikaji, karena penulis memandang tema ini menyentuh masalah ketaatan seorang anak kepada Allah dan orang tua. Hadis yang hendak penulis kaji itu adalah seperti berikut:
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Maksud Hadis
Ridho Allah ada dalam ridho orang tua, seadangkan murka Allah ada dalam murka orang tua.

Untuk mentakhrij hadis ini penulis menggunakan metode yang kedua yaitu dengan menggunakan salah-satu lafaz hadis. Sebagai langkah pertama, setelah mengemukakan hadis yang hendak dicari dan hendak diketahui statusnya, penulis berusaha mempertemukannya dengan sumber asalnya atau mukharrijnya (seperti Bukhari, Muslim, Ahmad dll.) bersama-sama jalur atau sanadnya secara lengkap. Kemudian, langkah selanjutnya barulah dibuat analisis untuk setiap periwayat dalam sanad hadisnya sebelum penulis menentukan status hadis yang dikaji. Berikut adalah hasil kajian yang penulis lakukan terhadap hadis yang menjadi tema atau topik dalam penulisan ini.
2. PEMBAHASAN TENTANG SANAD HADIS
Setelah menelusuri dan meneliti lokasinya dalam kitab-kitab hadis dan musnad, hadis di atas berasal dari dua mukharrij yaitu ulama penghimpun hadis, Imam at-Turmudzi dan Ibnu Bathoh. Sanad atau jalur periwayat teks hadisnya secara lengkap penulis turunkan seperti di bawah ini:
a. Hadis yang Diriwayatkan oleh at-Turmudzi ( Hadis No. 1821 )

حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو نَحْوَهُ وَلَمْ يَرْفَعْهُ وَهَذَا أَصَحُّ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَكَذَا رَوَى أَصْحَابُ شُعْبَةَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو مَوْقُوفًا وَلَا نَعْلَمُ أَحَدًا رَفَعَهُ غَيْرَ خَالِدِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ شُعْبَةَ وَخَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ ثِقَةٌ مَأْمُونٌ قَالَ سَمِعْت مُحَمَّدَ بْنَ الْمُثَنَّى يَقُولُ مَا رَأَيْتُ بِالْبَصْرَةِ مِثْلَ خَالِدِ بْنِ الْحَارِثِ وَلَا بِالْكُوفَةِ مِثْلَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِدْرِيسَ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُود

b. Hadis Riwayat Ibnu Bathoh ( Hadis No. 2517 )

حدثنا أبو الفضل جعفر بن محمد القافلائي قال : ثنا عبد الملك بن محمد الرقاشي ، قال : ثنا أبو عتاب الدلال ، قال : ثنا شعبة ، عن يعلى بن عطاء ، عن أبيه ، عن عبد الله بن عمرو ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه : « رضا الرب في رضا الوالد ، وسخط الرب في سخط الوالد »

Untuk mengetahui status sahih tidaknya kedua riwayat hadis tersebut di atas perlu diadakan kajian hadis baik tentang sanad maupun matannya. Dengan menggunakan metode Takhrij hadis yang ada, penulis telah menemukan hadis yang ingin dibahas itu melalui kitab Al-Maktab al-syamilah. Ternyata hadis tersebut telah diriwayatkan oleh dua mukharrij atau sumber yaitu at-Turmudzi dan Ibnu Bathoh.

3. TAKHRIJ HADIS
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, hadis di atas mempunyai dua mukharrijnya, dan setelah dirujuk pada kitab hadis masing-masing, ditemukan bahwa riwayat dari at-Turmudzi lokasinya berada di juz 7, kitab Sunan Turmudzi, bab Maja`a Min Al-Fadli Fi Ridlo Al-Walidai, hadis no. 1821, halaman 122 dan mempunyai satu jalur sanad saja. Adapun riwayat dari Li Ibnu Bathoh terdapat di juz ke 6, kitab al-Ibanatu Al Kubro li Ibnu Bathoh, bab Dikr Munadharat Al-Muntakhinina Baina `Aidzil Muluk Al-Jabarin Aladzina Da’au Annas ila hadihi Dholalah, hadis no. 2517, halaman 135, dan mempunyai satu jalur sanad.

• Takhrij Hadis Melalui at-Turmudzi
Hadis ini mempunyai satu jalur sanad dengan urutan periwayat seperti berikut: (i) Abu Hafsin ‘Umar ibn ‘Ali (dengan lafaz hadasana), (ii) Khalid ibn al-Harits (haddasana), (iii) Syu’bah (haddasana), (iv) Ya’la ibn ‘Atho` (dengan lafaz‘an), (v) Abihi/’Atho` (‘an), (vi) ‘Abdullah ibn ‘Amr (dengan lafaz ‘an), (vii) Rasulullah Saw.

• Takhrij Hadis Melalui Ibnu Bathoh
Hadis ini mempunyai satu jalur sanad dengan urutan periwayat seperti berikut: (i) Abu Fadli Ja’far ibn Muhammad al-Qofalai (dengan lafaz haddasaa), (ii) ‘Abdul al-Malik ibn Muhammad al-Raqosi (tsanaa), (iii) Abu ‘Atabu al-Dalaali (tsanaa), (iv) Syu’bah (‘tsanaa), (v) Ya’la ibn ‘Atho` (‘an), (vi) ‘Abdullah ibn ‘Amr (‘an), (vii) Rasulullah Saw.









Skema Keseluruhan Sanad Hadis
رض الرب في رض الوالد وسخط الرب في سخط الوالد


Rasulullah Muhammad Saw


‘Abdullah ibn ‘Amr ( W. 63 H )



`Atho’ al-`Umar al-Thoifi ( W…..? )



Ya’la ibn ‘atho` ( W. 120 H )



Syu’bah ( W. 160 H )






Khalid ibn al-harits ( W. 186 H ) Abu ‘Atabu al-Dalaali ( W. 208 H )



Abu Hafsin ‘Umar ibn ‘Ali ‘Abd al-Malik ibn Muhammad al-Raqosi ( W. 276 H. )
( W. 190 H )


Abu Fadli Ja’far ibn Muhammad al-Qofalai ( W. ……? )






Jalur at-Turmudzi ( 209-279 ) Jalur Ibnu Bathoh



4. PEMBAHASAN KUALITAS RIJAL Al-SANAD ATAU PERIWAYAT HADIS

Berikut diturunkan informasi mengenai tiap-tiap perawi hadis dari kedua mukharrij untuk dapat dianalisis dan diberi penilaian status hadisnya.
A. Sanad atau Jalur Hadis At-Turmudzi
1. Abu Hafsin `Umar ibn `Ali
a. Nama lengkapnya: `Umar ibn `ali ibn `Atho’ ibn Muqodim al-Muqodimi, Abu Hafsin al-Bashiri, Maula Tsaqif. Wafat tahun 190 H dan ada juga yang mengatakan setelah tahun itu. Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah.
b. Periode ke-8 pertengahan dari tabi`i dan tabi`in
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis
• Guru-gurunya, ia meriwayatkan hadis dari Ibrahim ibn `Aqobah, `Usman ibn hakim al-Anshor. Isma`il ibn Abi Khalid, Hujaj ibn Uruthoh, Nafi` ibn `Amr al-Jamhih Yahya ibn sa`idu al- Anshori, Hajjaj ibn `Uruthoh, Khalid al-Hada`, Sufyan ats-Tsauri, dll.
• Muridnya antara lain yaitu Ahmad ibn Tsabit Al-Jahdari, Ahmad ibn `Ubaidillah al-Sulaimi, Abu Dhofar `Abdussalam ibn Muthohar, Muhammad ibn basyar Binadhar, Yusuf ibn Wadhih, Ja`far ibn Harun, dll.
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: menurut Ibnu Hajar dia termasuk : ثقة ، و كان يدلس شديدا dan menurut adz-dzahabi رجل صالح موثق ، يدلس
2. Khalid ibn al-harits
a. Nama lengkapnya: Khalid ibn Al-Harits ibn `Ubaid ibn al-Sulaiman ibn `Ubaid ibn sufyan ibn Mas`ud, dan ada yang mengatakan Khalid ibn al-Harits ibn Sulaimi al-Hujaimi, Abu `Usman al-Basri. Lahir tahu 120 H. dan Wafat pada tahun 186 H.
Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah.
b.. Periode ke-8 dari pertengahan Tabi`it Tabi`in
c. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis
• Guru : di antara gurunya adalah `Uban ibn Shum`ah, Tsabit ibn `Imaroh, Khatim ibn Abi Shagiroh, Hamid al-Thowil, Sa`id ibn Abi `Urubah, `Abdullah ibn `Aun, Syu`bah ibn Hajjaj, `Abdul malik ibn Abi Sulaiman. Dll.
• Muridnya pula adalah seperti: Abu al-As`ats Ahmad ibn al-Muqdam al-`Ajali, Ishaq ibn rahawaih, `Umar ibn `Ali, Ismail ibn Mas`ud al-Jahdari, `Al-Hasan ibn qoza`ah, `Abdurrahman ibn al-Mubarak al-`‘Isa. Dll.
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: menurut Ibnu Hajar tsiqoh tsabat, menurut adz-dzahabi
: قال أحمد : إليه المنتهى فى التثبت بالبصرة ، و قال القطان : ما رأيت خيرا منه و من سفيان
3. Syu’bah
a. Nama lengkapnya: Syu`bah ibn Al-Hajjaj ibn al-Warid al-mu`takhi maulahum al-azadi. (83-160 H), lahir pada tahun 83 H dan tinnggal di Bashrah. Dan wafat pada tahun 160 H di Bashrah dalam usia 77 tahun.
b. Periode ke-7 dari tabi`u tabi`in besar. Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Gurunya antara lain: `Uban ibn Taglib, Ibrahim ibn `Amir ibn Mas`ud al-jamhi, Ibrahim ibn Muhammad ibn al-Muntasir, Ya`la ibn `Atho’ Ismail ibn Abi Khalid, Anas ibn sirin, Al-Hasan ibn `Imran. Dll
• Murid-muridnya antara lain: Khalid ibn al-Harits, Ibrahim ibn Sa`ad al-Zahra, Adam ibn Iyas, Ayyub ibn al-syahtiyani, Su`aid ibn `Amri al-Dhabi`, `Abu `Atabu al-Dalai, `Abdul Shomad ibn `Abdul Warits. dll
d. Penilaian para kritikus hadis tentang dirinya: Syub`ah termasuk ahli Hadis kenamaan dari kalangan Tabi`it Tabi`in. Ulama telah sepakat mengakui keahliannya dan ketelitiannya dalam hadis. Menurut Ibnu Hajar
ثقة حافظ متقن ، كان الثورى يقول : هو أمير المؤمنين فى الحديث sedangkan menurut adz-dzahabi
أمير المؤمنين فى الحديث ، ثبت حجة و يخطىء فى الأسماء قليلا
Dan banyak sekali ulama Hadis dari kalangan Tabi`it Tabi`in yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Ats-Tsauri dan Yahya Al-Qaththan. Adapun kitab susunannya dalam ilmu hadis dinamai Ar-Ragha-ib.
4. Ya’la ibn ‘Atho`
a. Nama lengkapnya: Ya`la ibn `Atho’ al-Amri al-Qurosi, disebut juga Alaisy atau At-thoifi dan ada yang mengatakan Maula `Abdullah ibn `Amr ibn al-`Ash.
b. Periode : ke-4 pertengahan dari tabi`in. Wafat tahun 120 H. Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Di antara gurunya adalah Jabir ibn Yazid ibn al-Aswad, `Abdullah ibn Sufyan ibn `Abdullah al-tsaqofi, `Atho’ al-‘Umar (ayahnya), `Ali ibn `Abdullah al-Azdi al-Bariqi, `Imaroh ibn Hadid al-Bajali Al-walid ibn `Abdurrahman al-Jarosy, dll.
• Adapun murid-muridnya antara lain : Hamad ibn Salamah, Sufyan ats-tsauri, Syarik ibn Abdullah, Syu`bah ibn al-Hajjaj, Su`aid ibn al-Hajaj, Hasyim ibn Basyir, dll.
d. Penilaian para kritikus hadis tentang dirinya:
Para ulama hadis Ibnu Hajar dan adz-Dzahabi menilai Ya’la ibn ‘atho` sebagai orang yang tsiqah atau terpercaya
5. Abihi/’Atho`
a. Nama lengkapnya: `Atho’ al-`Umar al-Thoifi
b. Periode ke-3 pertengahan dari at-tabi`in. Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Guru-gurunya antara lain: Aws ibn Abi Aws ats-Tsaqifi, `Abdullah ibn `Abas, Abdullah ibn `Amr ibn al-`Ash, Abi alqomah maula bani Hasyim.
• Adapun muridnya yaitu Ya`la ibn `Atho’
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: menurut Ibnu Hajar dia مقبول sedangkan menurut Adz-dzahabi لم يذكرها
6. ‘Abdullah ibn ‘Amr
a. Nama lengkapnya: `Abdullah ibn `Amr ibn `Ash ibn Wail ibn ibn hasyim ibn Su`aid ibn sa`ad al-Qurosi as-sahmi, Abu Muhammad.
b. Periode ke-1 : sahabat. Dan beliau meriwayatkan beberapa hadis dalam kitab yang disusun oleh al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah. Beliau wafat ليالى الحرة بـ الطائف di Mesir pada tahun 63 H dalam usia 72 tahun. Sesudah Nabi Wafat beliau ini masih hidup 53 tahun lamanya.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Guru-gurunya: Nabi Muhammad Saw, Umar ibn Khatab, `Amr ibn `Ash (ayahnya), Abu Bakar Ashidiq, dll
• Murid-muridnya: `Atho’ al-`Umar al-Thoifi, `Amr ibn `Aws ats-tsaqif, `Abdullah ibn al-harits ibn Naufal, Hamid ibn ar-rahman ibn `Auf, Ibrahim ibn Muhammad ibn tholhah ibn `Abidillah, dll.
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: menurut Ibnu Hajar صحابى dan Adz-dhahabi ( صحابى ( قال : أسلم قبيل أبيه ، و كان من العلماء العبادserta tidak sedikit sahabat-sahabat Nabi yang terkemuka, antara lain Aisyah ra, dan Abu Hurairah ra. mengakui keahliannya dalam lapangan Hadis. Hadis-hadis dari beliau yang sampai pada kita hanya 700. Diantaranya Imam Bukhari meriwayatkan sebanyak 8 Hadis dan Imam Muslim sebanyak 20 Hadis.
B. Sanad atau Jalur Hadis Ibn Bathoh
1. Abu Fadil Ja’far ibn Muhammad al-Qofalai
a. Nama lengkapnya:
جعفر بن محمد بن الفضيل الرسعنى ، أبو الفضل ، و يقال له الراسى ( و هو أخو يزيد بن محمد بن الفضيل )
b. periode ke-11 : أوساط الآخذين عن تبع الأتباع Dan beliau meriwayatkan hadis dalam kitab yang disusun at-Turmudzi

c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Guru-gurunya antara lain : Ishak ibn Ibrahim al-Hanini, Sulaiman ibn `Abdrrahman ad-Damsiqi, `Abdullah ibn Muhammad ibn Hajar Rasa`in, `Abdul Malik ibn `Abdul `Aziz ibn al-Majasun, Muhammad ibn Sulaiman ibn Abi Dawud al-Harani, dll.
• Murid-muridnya antara lain : `Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal, Muhammad ibn al-Hasan ibn Abi Syaikh, Abu al-hasan Muhammad ibn Muhammad ibn `Abdullah ibn Badri al-Bahali, Musa ibn Muhammad ibn Musa al-Maktabi, dll.
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: menurut Ibnu Hajar صدوق حافظ sedangkan menurut adz-dzahabi الحافظ
2. ‘Abdul al-Malik ibn Muhammad al-Raqosi
a. Nama lengkapnya: ‘Abdul al-Malik ibn Muhammad ibn `Abdullah ibn Muhammad ibn `Abdul al-Malik ar-Raqosi
b. Periode ke-11 أوساط الآخذين عن تبع الأتباع. Dan beliau meriwayatkan hadis dalam kitab yang disusun ibnu Majah. Beliau lahir tahun 190 H. dan wafat tahun 276 H.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Gurunya antara lain yaitu Al-Hasan ibn `Amru al-`Abdi, Su`aid ibn `Amr ad-dhobi’, Abu Dawud Sulaiman ibn Dawud ath-thoyalis, `Abullah ibn Musalamah al-qanini, `Abdus-Shomad ibn `Abdul Warits, Muhammad ibn `Abdullah ar-Raqosi (ayahnya), dll.
• Di antara muridnya pula adalah seperti Ibnu Majah, Isma`il ibn Muhammad ash-shofar, `Abu Bakar `Abdullah ibn Abi Dawud, Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah, Muhammad ibn Jarir ath-thobari, Abu Ja`far Muhammad ibn `Amru ibn al-Bihtari, dll.
d. Penilaian para pengkritik hadis tentang dirinya: Ibnu Hajar menilai
صدوق يخطىء تغير حفظه لما سكن بغداد
Sedangkan adz-Dzahabi menilai
الحافظ ، صدوق يخطىء ، قال ابن جرير : ما رأيت أحفظ منه

3. Abu ‘Atabu al-Dalaali
a. Nama lengkapnya: سهل بن حماد العنقزى ، أبو عتاب الدلال البصرى
b. periode ke-9 من صغار أتباع التابعين Dan beliau meriwayatkan hadis dalam kitab yang disusun Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, An-Nasa`I, ibnu Majah. Beliau wafat pada tahun 208 H.
c. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
• Di antara gurunya adalah: Ja`far ibn Sulaiman Adh-dhobi`, Ibrahim ibn `Atho’ ibn Maimunah, Syu`bah ibn al-Hajaj, al-Muhtar ibn Nafi`, Hamam ibn Yuhyi, dll.
• Adapun muridnya adalah seperti Ibrahim ibn Basri ibn Hamad, Hajaj ibn Sya`ir, Al-Hasan ibn `Ali Al-Kholil, Abu Qolabah `Abbdul Malik ibn Muhammad ar-Raqasi `Abdullah ibn `Abdurrahman adh-dharami, dll.
d. Penilaian para kritikus hadis tentang dirinya: Ibnu Hajar : shodiq, sedangkan menurut adz-dzahabi : محدث صدوق ، قال أبو حاتم : صالح الحديث
4. Syu`bah (sudah dijelaskan sebelumnya)

5. Ya`la ibn `Atho’ (sudah dijelaskan sebelumnya)

6. `Abdulah ibn `Amr (sudah dijelaskan sebelumnya)
Setelah diteliti setiap periwayat hadis dari kedua sanad di atas, semua periwayat-periwayatnya telah mendapat penilaian positif dari ulama-ulama pengkritik hadis sebagaimana yang dinyatakan di atas, baik ia dari jalur sanad at-Turmudzi maupun dari sanad Ibnu Bathoh.

5. PERSAMBUNGAN KEDUA SANAD HADIS

Dari segi persambungan sanad, ternyata sanad hadis at-Turmudzi termasuk muttasil (sampai kepada Rasulullah saw.), kerana perawinya menggunakan lafaz-lafaz haddasana dan `an yang disepakati tinggi kualitasnya di mana antara guru dan murid benar-benar telah terjadi pertemuan dan dialog. (1) Abu khafsin `Umar ibn `Ali (haddasana), (2) Khalid ibn Harits (haddasana), (3) Syu`bah (haddasana). Begitu juga dengan lafaz ‘an, meskipun dikatakan kemungkinan mempunyai kesan-kesan tadlis, namun perawinya tergolong siqah semua; yaitu (4) Ya’la ibn `Atho’ (dengan lafaz ‘an), (5) ‘Atho` al-`Umar At-Thoifi (‘an), (6) `Abdullah ibn `Amr (‘an). Semua nama yang penulis sebut di atas ada hubungan guru dan murid/ murid dan guru. Apabila demikian halnya, maka sanad hadisnya adalah muttasil. Kemudian apabila ditinjau dari tahun wafat tiap perawi yang telah diketahui, tidak ditemukan jarak masa yang mencurigakan, dan masing-masing hidup masih dalam era waktu yang dapat digambarkan kemungkinan bertemunya.
Dalam meneliti sanad Ibnu Bathoh jalur sanadnya (1) Abu Fadil Ja’far ibn al-Qofalai (haddasana), (2) `Abdul Malik ibn Muhammad ar-Roqasi (tsana), (3) Abu `Atabu al-Dalali (tsana), (4) Syu`bah (tsana), (5) Ya’la ibn `Atho’ (dengan lafaz ‘an), (6) ‘Atho` al-`Umar At-Thoifi (‘an), (7) `Abdullah ibn `Amr (‘an). Di jalur ini Abu Fadil Ja’far ibn al-Qofalai tidak ditemukan/tercatat sebagai murid `Abdul Malik ibn Muhammad ar-Roqasi, serta penulis tidak menemukan juga tentang tulisan/catatan bahwa Abu `Atabu al-Dalali sebagai gurunya `Abdul Malik ibn Muhammad ar-Roqasi, tetapi penulis menemukan bahwa `Abdul Malik ibn Muhammad ar-Roqasi tertulis/tercatat sebagai murid Abu `Atabu al-Dalali .
Di jalur ini walaupun ada periwayat yang tidak tercatat sebagai murid dan guru atau sebaliknya tetapi penulis meyakini bahwa hadis di jalur ini termasuk muttasil, karena semua perawi hadisnya adalah siqah atau terpercaya. Memandang kesiqahan tiap-tiap perawi hadisnya itu dan jarak masa di antara mereka relatif dekat, dapat disimpulkan bahawa masing-masing pernah bertemu atau sekurang-kurangnya hidup sezaman. Begitu juga, kalau dilihat jarak waktu wafat yang telah diketahui antara perawi-perawinya, ia masih dalam batas-batas yang munasabah.

6. KESIMPULAN PENILAIAN HADIS
Dari hasil kajian hadis yang penulis lakukan terhadap hadis mengenai ridho Allah ada dalam ridho orang tua dan murka Allah juga murkanya orang tua, dapat penulis simpulkan bahwa hadis tersebut meskipun pada riwayat Ibnu Bathoh ada periwayat yang tidak tercatat hubungan sebagai murid dan guru, tetapi derajatnya adalah hadis sahih karena sanad riwayat Ibnu Bathoh mempunyai barisan periwayat yang siqah semuanya. Jalur sanadnya muttasil yaitu sampai kepada Rasulullah SAW serta adanya dukungan dari riwayat lain yang lebih kuat dan lebih sahih yaitu riwayat at-Turmudzi. Oleh Karena itu, hadis sanad at-Turmudzi dan sanad Ibnu Bathoh sanadnya berstatus sahih.
Adapun dari segi matan/teksnya, penulis tidak menemukan perkara-perkara yang janggal atau bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam umumnya, ataupun dengan hadis- hadis lain yang sama atau lebih kuat daripadanya. Pengajaran yang terkandung di dalamnya adalah diterima dan sah serta dapat dijadikan ajaran dalam Islam.





DAFTAR PUSTASKA


Abbas Hasjim, 2004, Kritik Matan Hadis, Versi Muhadisin dan Fuqaha, Yogjakarta : Teras.

Abu Muhammad Abd al-Muhdi, (tanpa tahun), Turuq Takhrij Hadis Rasulillah saw., Mesir: Dar al-I’tisam.


Mustaqim, Abdul, 2002, Teori Sistem Isnad dan Otensitas Hadis, menurut prespektif Muhammad Mustafa Azami dalam Fazhurrahman. Yogjakarta : Tiara Wacana. Cet. I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar